weLLLcoommme.............!

cOrat - CoreT isii Hati..
Disaat merasa jenuh,

mencoba untuk menuangkan apa yang di pikirkan dalam sebuah tulisan.

Kamis, 24 Februari 2011

Kita ???


KITA  

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.


Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.


Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.



Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah

bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
Kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.


Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.


Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya
.


kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari

ASKEP KOLOSTOMI

BAB I
KONSEP DASAR KOLOSTOMI

A. Pengertian
• Kolostomi adalah pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau sementara. Kolostomi asenden, transversum, dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomi transversum biasanya sementara. Kolostomi sigmoid paling umum stoma permanen.
• Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
• Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.
• Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.
• Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun kiri.
• Kolostomi merupakan kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau menetap.
• Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
• Kolostomi merupakan Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987).
• Kolostomi adalah Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)

B. Perjalanan dan riwayat tindakan

Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara,sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan.

Berdasarkan lubang kolostomi dibedakan menjadi 3, yaitu:

Single barreled stoma, yatu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal
dapat dibuang atau ditutup.

Double barreled, biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.

Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.

C. Jenis – jenis kolostomi.
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

1. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)
2. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
D. Indikasi Kolostomi
• Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus.
• Kondisi infeksi tertentu pada colon.
• Trauma kolon dan sigmoid
• Diversi pada anus malformasi
• Diversi pada penyakit Hirschsprung
• Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal .
E. Diagnosis banding
• Karsinoma kolon dan rektum
• Inflamatory bawel disease
• Infeksi granulamator kolon dan rektum: TBC, amubana
F. Komplikasi Kolostomi
1. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

2. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

4. Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.

Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan
Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
5. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen  terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.
6. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.
7. lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.


G. Pemeriksaan Penunjang:
• Foto polos abdomen 3 posisi
• Colon inloop
• Colonoscopy
• USG abdomen
H. Teknik Operasi
Secara singkat teknik operasi kolostomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal setinggi pertengahan antara arcus costa dan umbilikus kanan maupun kiri. Dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon tranversum. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan penjahitan ”spur” 3–4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin.
I. Pendidikan pada pasieN
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.

Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:
• Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
• Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
• Waktu penggantian kantong kolostomi
• Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
• Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
• Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien
• Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
• Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
• Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah)
• Berobat/ control ke dokter secara teratur
• Makanan yang tinggi serat


BAB II
PERAWATAN KOLOSTOMI

A.PENGERTIAN
Perawatan Kolostomi adalah Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

B. TUJUAN
• Menjaga kebersihan pasien
• Mencegah terjadinya infeksi
• Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
• Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

C. Fase Pra Interaksi
Persiapan Alat
1. Kolostomi bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat.
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. Bengkok
D. Fase Orentasi
1. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll
2. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi).
3. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien.

Tingkatkan kenyamanan klien dan keterlibatan klien dalam prosedur.
• Biarkan klien memilih posisi relaks.
• Berikan privasI
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Buka area stoma, lepaskan
sabuknya.
Angkatkan alat :
• Biarkan klien duduk di toilet atau dikursi menghadap toilet.
• Alat (kantung) dapat diangkat dengan dorongan halus pada kulit menjauh dari perekat.

Bersihkan kulit :
• Cuci kulit dengan air hangat dan sabun yang lembut, menggunakan waslap halus lembab , klien mungkin lebih suka mandi dulu sebelum memasang alat yang bersih

• Bilas dan keringkan kulit secara seksama setelah dibersihkan.

Pasang alat (bila tidak terdapat iritasi kulit )
• Barier kulit yang tepat dipasang pada kulit periostomal sebelum kantung dipasang.

• Lepaskan penutup dari permukaan perekat diskus dari kantung plastik sekali pakai dan pasang langsung pada kulit.

• Tekan dengan kuat selama 30 detik untuk memastikan perekatan.

Pasang alat (Bila terdapat iritasi)
• Bersihkan kulit dengan seksama tapi perlahan , keringkan dengan cara menepuknya.

• Gunakan spray Kenalog,keringkan kelebihan kelembapan dengan kapas pledget dan tebarkan bedak nistatin .

• Kantung kemudian dipasang pada kulit yang telah diobati.

Periksa bagian bawah kantung, perhatikan adanya kebocoran.

Cuci tangan ,alat dibereskan.

Dokumentasi hasil.
• Untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme

• Suasana relaks dan penjelasan yang adekuat dapat memotivasi klien terlibat dalam prosedur tindakan.

• Posisi ini memudahkan pembuangan atau drainase.

• Pasien mungkin mandi pancuran dengan atau tanpa menggunakan kantung.Plester mikropor atau tahan air yang direkatkan pada sisi pinggiran akan mempertahankan kantung tetap pada tempatnya selama mandi.

• Kelembapan atau residu sabun akan mempengaruhi perekatan kantung.

• Banyak kantung mempunyai barier kulit.

• Kulit harus benar-benar kering pada waktu kantung dipasang, supaya dapat menempel dengan baik.

• Untuk menghilangkan debris.

• Preparat kortiokosteroid
(Kenalog)membantu menurunkan inflamasi.Agen anti jamur (nistatin) mengobati infeksi jenis ini yang biasanya terjadi disekitar stoma. Kedua obat ini memerlukan resep dokter.

• Penutupan yang tepat akan mencegah kebocoran.

• Mencegah kebocoran mikroorganisme.

• Pertimbangan tindak lanjut.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI

A. PENGKAJIAN
1. Pastikan klien melakukan perawatan kolostomi
2. Identifikasi lokasi ostomy
3. Kaji intergritas kulit disekitar stoma
4. Catat jumlah fekal atau materi lain yang keluar.
5. Kaji sejauh mana klien bisa merawat dirinya.
6. Keadaan stoma :
• Warna stoma (normal warna kemerahan)
• Tanda2 perdarahan (perdarahan luka operasi)
• Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)
• Posisi stoma
7. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
• Konsistensi, bau, warna feces
• Apakah ada konstipasi / diare
• Apakah feces tertampung dengan baik
• Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri
8. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
• Keluhan nyeri ada/tidak
• Hal-hal yang menyebabkan nyeri
• Kualitas nyeri
• Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)
• Apakah pasien gelisah atau tidak
9. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
• Tidur nyenyak/tidak
• Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
• Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
• Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
10. Bagaimana konsep diri pasien
• Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri,harga diri,ideal diri,gambaran diri & peran
11. Apakah ada gangguan nutrisi :
• Bagaimana nafsu makan klien
• BB normal atau tidak
• Bagaimana kebiasaan makan pasien
• Makanan yang menyebabkan diarhe
• Makanan yang menyebabkan konstipasi
12. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
• Maukah pasien mengungkapkan masalahnya
• Dapatkah pasien beradaptasi dengan lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat
13. Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual :
• Tanyakan masalah kebutuhan seksual klien
• Isteri/Suami memahami keadaan klien


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Periode praoperasi
1. Ketakutan yang berhubungan dengan pengalaman pembedahan, kehilangan kontrol, dan hasil tidak dapat diperkirakan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan prosedur praoperasi (izin pembedahan, pemeriksaan diagnostik, kateter foley, pembatasan diet dan cairan, obat-obatan, persiapan kulit, ruang tunggu untuk keluarga) dan prosedur pascaoperasi (disposisi [ruang pemulihan, unit perawatan intensif], obat untuk nyeri, latihan untuk membalikkan tubuh menggerakkan tungkai, pemasangan selang/drein, puasa/pembatasan diet, tirah baring)

b. Periode pascaoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi penutupan kolostomi
2. Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rectum
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen

C. RENCANA KEPERAWATAN

1.DP.1 Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi penutupan kolostomi.

Subyektif:
• mengungkapkan ketidaknyamanan, dan nyeri daerah perut.

Obyektif:
• merintih, menangis
• melindungi sisi nyeri
• nadi meningkat

Kriteria evaluasi:
• mengungkapkan tidak ada nyeri
• tidak merintih, menangis
• ekspresi wajah rileks

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO INTERVENSI /TINDAKAN RASIONALISASI
1 Kaji keluhan dan derajat nyeri
Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalam memberikan tindakan.

2. Motivasi untuk melakukan tekhnik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian
Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri

3. Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri
Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri


4. Pertahankan puasa
Untuk mengistirahatkan usus

5. Berikan analgetik sesuai dengan program medis
Analgesik membantu memblok jaras nyeri


2.DP.2 Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rektum

Subyektif:
• mengeluh takut kalau anusnya tidak bisa berfungsi normal
• melaporkan perasaan gugup.

Obyektif:
• ekspresi wajah tegang
• nadi meningkat

Kriteria evaluasi:
• ekspresi wajah rileks
• cemas dan gugup berkurang
• mengungkapkan pemahaman tentang proses pemulihan fungsi rectum.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO INTERVENSI/ TINDAKAN RASIONALISASI
1 Jelaskan proses pemulihan fungsi anus secara bertahap dan butuh waktu agak lama
Pemahaman dapat mengurangi kecemasan

2 Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikan dorongan untuk bertanya
Dengan kondisi tenang akan lebih memudahkan pemahaman

3 Libatkan keluarga dalam setiap tindakan Dengan keterlibatan kelurga akan memberikan perhatian yang lebih bagi klien.

3.DP.3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen

Subyektif:
• mengeluh demam
• mengeluh nyeri
• mengeluh kaku

Obyektif:
• SDP>10000/mm3
• Suhu>37.2

Kriteria evaluasi:
• suhu<37.2
• SDP<10000/mm3
• Tidak terdapat tanda-tanda radang: panas, pendarahan, bengkak, kekakuan darah perut .

NO INTERVENSI/TINDAKAN RASIONALISASI
1. Pantau hasil
-hasil SDP
-suhu tiap4 jam
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2 Implementasikan tindakan untuk mencegah infeksi:
-rawat luka dengan tehnik steril
-tingkatkan intake cairan 2-3 liter perhari
-tingkatkan nutrisi dengan diet TKTP
-Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.
Teknik steril untuk pencegahan pemindahan kuman, dan cairan untuk memperlancar pengeluaran,sedangkan nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat pertumbuhan jaringan.

3 Berikan anti biotika sesuai program medis.
Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen.

4 Pantau tanda-tanda radang:panas, merah,bengkak,nyeri, ketakutan

Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

SEPSIS

BAB 1
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
Sepsi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).
Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah. (Dorland, 1998 hal 979).
Dari definisi di atas penyusun menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi bakteri generalisata dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan dengan tanda dan gejala sistemik.

2. ETIOLOGI
a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis.
b. Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti dengan Echerichia coli, malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
c. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
d. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
e. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
f. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
g. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
h. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasid pada neonatus.


3. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Tanda dan Gejala Umum
- Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
- Aktivitas lemah atau tidak ada
- Tampak sakit
- Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
b. Sistem Pernafasan
- Dispenu
- Takipneu
- Apneu
- Tampak tarikan otot pernafasan
- Merintik
- Mengorok
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis
c. Sistem Kardiovaskuler
- Hipotensi
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Takikardi
- Bradikardi
- Edema
- Henti jantung
d. Sistem Pencernaan
- Distensi abdomen
- Anoreksia
- Muntah
- Diare
- Menyusu buruk
- Peningkatan residu lambung setelah menyusu
- Darah samar pada feces
- Hepatomegali
e. Sistem Saraf Pusat
- Refleks moro abnormal
- Intabilitas
- Kejang
- Hiporefleksi
- Fontanel anterior menonjol
- Tremor
- Koma
- Pernafasan tidak teratur
- High-pitched cry
f. Hematologi
- Ikterus
- Petekie
- Purpura
- Prdarahan
- Splenomegali
- Pucat
- Ekimosis


5. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
a. Pada masa antenatal. Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan melakukan rujukkan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aspetik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pembreian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsus neonatorum.
- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
- Pertahankan kepatenen jalan napas
- Observasi tanda-tanda syok septik
- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya infalamasi.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT INFEKSIUS SEPSIS
1. PENGKAJIAN
a. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi
- Riwayat perawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambar
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Infeksi berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
e. Koping individu inefektif berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penularan ineksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
- Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
- Nilai apgar dibawah normal
- Bayi mengalami tindakan operasi
- Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
- Bayi yang megalami prosedur invasif
- Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat badan, usia dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea.
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi.

Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu inefektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayI.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.
Dongoes, Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Panji taubih. Diunduh dari :http://nerstauby.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-sepsis.html. last update: November 2008

LP ASKEP PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)
Ny. “E” di RSUP Ruang Kebidanan A (VK)


1. PENGERTIAN:
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelim hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar, 1998 )
Masa Nifas diBagi Dalam 3 Periode:
1. Early post partum : Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum : Minggu pertama postpartum.
3. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

2. PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS
I. Uterus :
1. Proses Involusi
• Yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai setelah placenta lahir pada proses ini terjadi proses autolisis yaitu proses perusakan secara langsung terhadap jaringan hipertropi (pembesaran sel yang ada) selama hamil.
• Kontraksi hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis posterior, memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah Tempat placenta.
• Proses involusi daerah implantasi placenta 2-3 hari pelepasan jaringan nekrotik, 7 hari post partum ke bentuk lapisan basal, 15 hari post partum regenerasi endometrium kecuali pada bekas placenta. 6 minggu post partum perkembangan sel-sel epitel endometrium.
b. Lochea
• Yaitu Rabas (cairan) uterus yang keluar setelah bayi lahir.
• Jenis dan karakteristik lokia :
- »Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
- » Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
- » Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
- » Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
- » Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
- » Lochea stasis : lochia tidak lancer keluarnya.1.
c. Serviks
Setelah melahirkan serviks menjadi lunak, edematosa, tipis dan rapuh, sedikit laserase.

II. Vagina dan Perineum
- Vagina yang semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil (6-8 minggu setelah bayi lahir).
- Rugae akan mulai terlihat sekitar minggu ke- 4 dan pada umumnya rugae akan memipih secara permanen.
- Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan operasi lain dan luka episiotomy sembuh sebelum minggu ke-6.

III. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginekologis dapat timbul dikemudian hari karena jaringan dasar
 Sitem Endoktrin
o Hormon Plasenta
o Hormon Hifofisis
 Abdomen
o Setelah persalinan dinding perut longgar sehingga masih seperti orang hamil.
o Dalam 2 minggu dinding abdomen akan rileks.
o Dalam 6 minggu akan pulih seperti sebelum hamil.
 Sistem Urinaria
o Fungsi ginjal menurun saat postpartum dan kembali normal dalam waktu 1 bulan.
o Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi retensi urin.
o Diaforesis merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
 Sistem Pencernaan
o Pada masa awal post partum dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna, penurunan bising usus, rasa mual, konstipasi, rasa haus dan lapar.
 Payudara
o Setelah bayi lahir dengan cepat terjadi penurunan konsentrasi hormon yang enstimualsi perkembangan payudara, sebagian hormon-hormon ini kembali ke kadar Sebelum hamil yang ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior kelenjar pituitary untuk mensekresi hormon oksitasin. Ketika ASI di hisap maka sel-sel laktasi terangsang untuk Menghasilkan ASI yang lebih banyak.
 Sistem Kardiovaskuler
o Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat segera setelah melakukan persalinan (lebih tinggi selama 30-60 menit).
o Curah jantung normal 8-10 minggu setelah melahirkan.
o Tanda-tanda vital setelah melahirkan dalam batas normal, bila temperatur selama 24 jam pertama meningkat sampai 38 derajat (keadaan ini sebagai akibat dehidrasi denyut nadi), tekanan darah sedikit berubah atau menetap, dan evaluasi rutin perlu dilakukan selama 48 jam pertama.
 Sistem Neurologi
Perubahan neurologis pada masa postpartum lebih
 Sistem Muskuloskletal
o Adaptasi sistem muskuloskeletal yang terjadi selama hamil secara langsung kembali pada masa postpartum.
o Adaptasi ini mencakup antara lain : relaksasi, mobilitas dan perubahan pusat berat akibat pembesaran rahim.
 Sistem Integumen
o Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang.
o hiperpegmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya atau dapat menetap,
o kulit yang menegang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak menghilang.
o Rambut halus yang tumbuh pada saat hamil akan menghilang.
o Olaporesis perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
 Sistem kekebalan
Psikologis
Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin
yang terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Taking In Periode (1-2 hari setelah persalinan)
2. Taking Hold Periode (3-4 hari setelah persalinan )
3. Periode Letting Go (umumnya setelah ibu kembali ke rumah)
Perawatan Pasca Persalinan
 Mobilisasi
-  Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
- Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
- Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang.
- Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
 Diit
- Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori, serta makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat, sayur-sayuran dan buah-buahan.
 Miksi
- Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
- Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
 Defekasi
- Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
- Bila masih sulit buang air besar dan terjadi konstipasi apalagi BAB keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.
 Perawatan Payudara Untuk Ibu Menyusui
- Suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.
 Perawatan Payudara
- Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
- Dianjurkan sekali ibu untuk menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi dan ibunya.
 Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan seperti : Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, adanya keluaran colostrum, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam payudara, dan setelah melahirkan adanya pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu (banyak dalam 2-3 hari pasca persalinan).
 Perawatan Perinium
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
 Senam Nifas



3. PATOFISIOLOGI:

Post partum/masa nifas/puerperium

Aspek fisiologis Aspek psikososial


Tanda vital Sist.kardiovaskuler Sist.endokrin Sist.urinaria Kelahiran bayi


Sist.pencernaan Sist.muskuloskletal Reproduksi Perubahan dalam keluarga


Adaptasi Tidak beradaptasi
Suhu meningkat Sensasi eks.bawah
Breast engorgement Tromboplebitis
Edema Resiko ggn.proses parenting

Nyeri Ggn. Pemenuhan ADL Diuresis
Resiko gangguan proses laktasi Urgensi
Resiko infeksi puerperalis Urinary frekuency

Nafsu makan Meningkat Prod. Hormon turun.
Penurunan tonus abdomen Prolaktin meningkat Ggn. Eleminasi BAK
Prod. ASI
Resiko konstipasi Resiko ggn. Proses parenting

Bradikardia Involusi uteri
Takikardia involusi daerah impalntasi plasenta
Cerviks
Instability vasomotor Perubahan pd. vagina
Kencang pd clitoris dan labia
Diaporesis/menggigil Luka perineum
Pengeluaran kolostrum.
Gangguan rasa nyaman
Resiko infeksi puerperalis Ggn.rasa nyaman(nyeri)
Resiko ggn proses laktasi

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:
1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran lochea.
4. Kandung kemih: distensi bladder.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan cardiovaskuler. Kontraksi miometrium, tingkat involusi uteri.

Bentuk insisi, edema.

Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama  380C.
Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
6. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
7. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik. Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
- Warna urine.
- Berat badan setiap hari.
- Status umum setiap 8 jam.
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam. Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.



Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan.

Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko terjadinya oedem paru.
Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur.

Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria hasil: eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.

Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.

Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih. Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola berkemih pasien.

Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran urine dan pengosongan bladder.
Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada bladder.
Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih pengosongan bladder secara teratur.
Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine untuk mencegah stasis urine.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria hasil: pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak ada feses bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
Anjurkan ambulasi dini.

Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.

Kaji bising usus setiap 8 jam.
Pantau berat badan setiap hari.
Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau. Mengidentifikasi penyimpangan serta kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).
Ambulasi dini merangsang pengosongan rektum secara lebih cepat.
Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang dapat menyebabkan feses menjadi keras.
Bising usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi baik.
Mengidentifiakis adanya penurunan BB secara dini.
Meningkatkan pengosongan feses dalam rektum.
Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
- Kelemahan dan kelelahan berkurang.
- Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
- frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
- kulit hangat, merah muda dan kering • Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
• Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
• Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.
• Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.

• Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
• Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
• Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.


• Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.

• Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.


• Komsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
• Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
• Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
Pasien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas normal, pasien menunjukkan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol, payudara lembek, tidak ada bendungan ASI. • Kaji tingkat nyeri pasien.

• Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.

• Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
• Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
• Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
• Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik bial nyeri skala 7 ke atas. • Menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri.
• Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan berdasarkan involusi uteri.
• Mengurangi ketegangan pada luka perineum.



• Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan memperlancar pengeluaran ASI.
• Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada luka perineum.






• Mengurangi intensitas nyeri denagn menekan rangsnag nyeri pada nosiseptor.
Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada. • Pantau: vital sign, tanda infeksi.



• Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
• Kaji luka perineum, keadaan jahitan.





• Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak.
• Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). • Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai intervensi yang dilakukan.
• Mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.
• Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah mengakibatkan kecenderunagn luka untuk selalu kotor dan mudah terkena infeksi.
• Mencegah infeksi secara dini.








• Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria hasil: ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui). • Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
• Libatkan suami dalam perawatan bayi.




• Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.



• Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
• Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi. • Meningkatkan kemandirian ibu dalam perawatan bayi.


• Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan membantu meningkatkan keterikatan batih ibu dengan bayi.
• Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.
• Meningkatkan produksi ASI.


• Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin.


DAFTAR PUSTAKA


Fanista. 2009. Asuhan Keperawatan : Maternitas Periode Pasca Partum. Available from : www.fanista.blogspot.com. Diunduh pada 4 Desember 2009
Doengoes, Marylin E., Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC
Wikyasastro, Hani. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Yunitasari, Esty. 2008. Asuhan Keperawatan Post Partum. Available from : pdf. www.google.com. Diunduh pada: 13 Desember 2009
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

SISTEM INTEGUMEN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ), pirang dan hitam, warna merah mudah, pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. (Djuanda, 2005 : 3 )
   Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang. Kecantikan seseorang secara fisik dapat dilihat dari kesehatan kulitnya. Kulit pada wajah secara khusus membawa dampak sosial yang besar karena kelainan kulit pada wajah sulit sulit untuk ditututpi dan dapat dengan mudah dilihat orang lain. (Rahariyani, 2007 : 2 )
1.2  Perumusan masalah
a.             Mahasiswa belum memahami definisi dari kulit
b.            Mahasiswa belum memahami fungsi dari kulit
c.             Mahasiswa belum memahami lapisan-lapisan kulit
d.            Mahasiswa belum memahami tentang adneksa kulit
e.             Mahasiswa belum memahami tentang persarafan kulit
f.             Mahasiswa belum memahami tentang warna kulit
1.3  Tujuan
a.             Mahasiswa dapat memahami definisi dari kulit
b.            Mahasiswa dapat memahami fungsi dari kulit
c.             Mahasiswa dapat memahami lapisan-lapisan kulit
d.            Mahasiswa dapat memahami adneksa kulit
e.             Mahasiswa dapat memahami persarafan kulit
f.             Mahasiswa dapat memahami warna kulit
1.4  Metode
Pengambilan bahan materi ini merupakan metode studi pustaka dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi tentang anatomi fisiologi sistem integumen.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN
System integument merupakan bagian dari tubuh manusia, khususnya organ yang menutupi permukaan atau bagian luar tubuh manusia yang sering kita sebut dengan kulit. Kulit merupakan salah satu organic terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat badan keseluruhan.( Setiadi, 2007: 25 )
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecokelatan pada genitalia orang dewasa. (Djuanda, 2005 : 3 )

2.2    FUNGSI KULIT
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut :

2.2.1        Fungsi Proteksi
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap kulit kimiawi, bakteri, virus dan jamur. Seandainya tubuh tidak mempunyai kulit, betapa rentannya tubuh kita, tidak ada yang melindungi, dan semua organ tubuh kita dapat berkontraki langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, fungsi kulit untuk proteksi sangatlah penting.. pH kulit berkisar 5-6,5 besar pH tersebut sangat menguntungkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. (Rahariyani, 2007 : 6 )
Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus menerus terjadi di daerah tersebut. Bagian stratum korneum epidermis merupakan barrier yang paling efektif terhadap berbagai faktor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain vital bagi homeostatis tubuh. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagen. ( Brunner & Suddart, 2007 : 1828 )

Menurut Setiadi, 2007 ada beberapa kemampuan perlindungan kulit yaitu :
1.            Kulit adalah relaktif tak tembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan hilangnya cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air, sehingga tidak terjadi penarikan dan kehilangan cairan.
2.            Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan.
3.            Selain itu pula sebagai pelindung diberikan oleh lapisan zat tanduk, tambahan pula perlindungan diberikan oleh keasaman dari keringat dan terdapatnya asam lemak pada sebum.
4.            Kulit mengandung pigmen melanin yang melindungi terhadap sinar ultraviolet sinar matahari.

2.2.2        Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan Krause yang terletak didermis. Badan taktil meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Markel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik. (Djuanda, 2005 : 7 )
2.2.3        Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerut ( otot berkontraksi ) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis ( asetikolin ). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampat lebih edematosan karena lebih banyak mengandung air dan Na. (Djuanda, 2005 : 8 )
Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaitu suhu visceral dan otak ialah 36o C, suhu kulit sedikit lebih rendah. Pengaturan ini dapat berlangsung melalui mekanisme adanya persarafan vaso motorik yang mengendalikan arterior kutan dengan dua cara yaitu :
a.             Vasodilatasi, kulit melebar, kulit menjadi panas, kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringan sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan kulit.
b.            Vasokontraksi, pembuluh darah mengkerut, kulit pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan.
( Setiadi, 2007 : 27 )


2.2.4        Fungsi pembentuk pigmen
Sel pembentuk pigmen ( melanosit ), terletak dilapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen ( melanosomes ) menentukan warna kulit ras maupun individu. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh melanofag ( melanofor ). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten. (Djuanda, 2005 : 7 )
Dengan bantuan sinar matahari dan beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan diubah menjadi malanosom, selanjutnya lagi akan diubah menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan menentukan warna seseorang. Coba kita lihat ketika tubuh kita terpapar matahari. Bagian tubuh yang tertutup pakaian, warna kulitnya lebih putih dibandingkan dengan bagian tubuh yang langsung terpapar matahari. Hal ini menunjukkan melanosit yang ada dalam tubuh diubah oleh sinar matahari menjadi lebih matang sehingga jumlah melanin yang terbentuk lebih banyak jumlahnya. Oleh karen itu, jika seseorang sedang menjalani terapi untuk memutihkan wajah, maka harus seminimal mungkin kontak dengan sinar matahari, jika perlu pakai krim tabir surya. (Djuanda, 2005 : 7 )


2.2.5        Fungsi absorpsi
Kulit memiliki sifat permeable-selektif. Artinya kulit menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. (Rahariyani, 2007 : 6 )
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak melalui saluran epidermis daripada melalui muara kelenjar. (Djuanda, 2005 : 7 )
Menurut Setiadi, 2007 kulit dapat mengabsorpsi :
a.             Sinar ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang.
b.            Obat – obatan tertentu yang digunakan untuk salep.

2.2.6        Fungsi Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseesa. Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit jugan menahan evaporasi air berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 4-6. (Djuanda, 2005 : 7 )
Saat kita kepanasan atau setelah berolahraga, kita akan mengeluarkan keringat. Demikian juga dengan seseorang yang kulitnya cenderung berminyak. Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan keringat. Sebum dan keringat ini juga dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk sering membersihkan badan agar pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na + diekskresi melalui kulit.
 ( Setiadi, 2007 : 26-28 )

2.2.7        Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu karatinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang akan berpindah ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. (Djuanda, 2005 : 8 )

2.2.8        Fungsi pembentuk vitamin D
Kulit berperan penting dalam penggunaan vitamin D oleh tubuh. Vitamin D adalah suatu hormon yang didapat dari diet dalam bentuk tidak aktif. Vitamin ini diperlukan untuk absorpsi kalsium dari usus dan mengurangi eksresinya di ginjal. Meski demikian, vitamin D terjadi di kulit sebagai akibat radiasi ultraviolet yang selanjutnya diaktifkan oleh ginjal dan hati. Pengaktifan vitamin D meningkat karena terjadi penurunan kadar kalsium serum dalam tubuh. Karena vitamin D bekerja sebagai hormon, maka kulit dianggap sebagai suatu organ endokrin. (Corwin, 2009 : 103 )
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D ( kolekalsiferol ). Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan deformitas tulang ( Morton, 1993)
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. (Djuanda, 2005 : 8 )

2.3    LAPISAN KULIT
Lapisan kulit dari lapisan luar ke dalam terdiri dari epidermis, dermis, subkutis dengan sususnan sebagai berikut :

2.3.1        Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis merupakan lapisan paling atas dari kulit serta tidak mengandung pembuluh darah dan saraf. Oleh karena itu, jika lapisan kulit ini terkelupas, tidak akan ditemukan perdarahan dan juga tidak akan terasa sakit. Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. (Rahariyani, 2007 : 4 )
      Menurut Adhi Djuanda, 2005 Lapisan epidermis terdiri dari :
a.             Stratum Korneum ( lapisan tanduk ) lapisan paling luas terdiri dari sel gepeng mati , tidak berinti dan  protoplasmanya menjadi keratin (zat tanduk)
b.            Stratum Lusidum. Sel gepeng, tanpa inti dengan protoplasma menjadi protein adalah eliding. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
c.             Stratum Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakn fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
d.            Stratum Spinosum/ Stratum Akatosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat dibawah mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dan mempunyai tanduk ( spina ). Disebut akatosum sebab sel-selnya berduri.
e.             Stratum Basale / Germinativum. Disebut stratum basale kerena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel tanduk. Bentuk silindris ( tabung ) dengan inti yang lonjong. Didalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. kubus. Lapisan ini trdiri dari 2 jenis sel yaitu sel berbntuk kolumner dengan protoplasma basofilik, lonjong dan besar. Sel melanin(melanosit). Sel tersebut disususn seperti pagar ( palisade ) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membrane disebut membrane basalis, sel-sel basalis dengan membrane basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dan dermis. Batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu koreum menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori ( papilla kulit )

2.3.2        Lapisan Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidemis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi bata ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat lemak. Didalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan juga lapisannya elastis, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut. ( Setiadi, 2007 : 30 )
Menurut Setiadi, 2007 Dermis terdiri dari dua lapisan
1.            Bagian atas, pars papilar ( Stratum papilar )
Menonjol ke epidermis, terdiri dari serabut saraf, dan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada epidermis yang diatasnya.
2.            Bagian bawah, pars retikularis ( Stratum retikularis )
Menonjol kearah subkutan, pars retikular, serabut penunjang yaitu serabut kolagen, elastis, dan serabut retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan kepada kulit, dan serabut elastis tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan memberi kekuatan pada alat disekitar kelenjar dan folikel rambut.

2.3.3        Lapisan Subkutis
Terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel lemak fungsi adalah  cadangan nutrisi. Tebal tipisnya lemak tidak sama tergantung pada lokasi terdapat ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 fleksus :
a)            Fleksus superfisial terletak di bagian atas dermis.
b)            Fleksus Profunda terletak di subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpualn sel-sel lemak dan diantara gelombang ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan ini disebut penikulus adipopus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama ( berlainan ). Kegunaan dari penikulus adipopus adalah sebagai shoybreker atau pegas bil terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit dan sebagai tempat penimbun kalori serta tambahan untuk kecantikan tubuh. ( Syaifudin, 2006 : 141 )

2.4        ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
2.4.1        Kelenjar kulit, terdapat di lapisan dermis terdiri atas :
a.      Kelenjar keringat ( glandula sudorifera )
Kelenjar keringat adalah tube tunggal yang tergulung dan terletak pada jaringan subkutan dan dengan saluran yang panjang yang terbuka pada permukaan kulit. Berpilin berada pada kulit sejati duktusnya membuka dalam pori-pori epidermis fungsinya mensekresi keringat; air,garam dan renik. Sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam, melalui disfusi secara secara sederhana ± 500 cc / hari. Kelenjar keringat merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh, berkurang ada waktu iklim dingin, meningkatkan pada suhu panas.
 ( Setiadi, 2007 : 34 )
Menurtu Adhi Djuanda, 2005 Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin
1.      Kelenjar ekrin, yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret yang encer. Kelenjar ekrin telah terbentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksil. Sekresi bergantung pada beberapa factor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, factor panas, dan stress emosional.
2.      Kelenjar apokrin, yang lebih besar, terletak lebih dalam dan skretnya lebih kental. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh adrenergic, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia mayora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waku pubertas mulai besardan mengeluarkan secret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH 4 – 6,8.

b.      Kelenjar palit ( glandula sebasea )
Kelenjar palit disebut juga kelenjar holohkrin karena tidak berlumen dan secret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat disamping akar rambut ( folikel rambut ). Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel rambut untuk melumasi rambut dan kulit yang berdekatan. Kelenjar ini kantongnya dalam kulit berbentuk seperti botol dan bermuara dalam folikel rambut, paling banyak tedapat pada kepala dan muka sekitar hidung, mulut dan telinga, tidak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Berfungsi mengsekresi subtansi berminyak disebut sebum yang melumasi kulit dan rambut serta mempertahankan halus dan liat sehingga tidak mudah patah dan juga menangkap debu dan bakteri yang melekat pada permukaan berminyak. Kelenjar palit mengeluarkan sebum, yaitu campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan merupakan suatu barrier terhadap evaporasi. Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi aktif.
( Setiadi, 2007 : 34 )

2.4.2        Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk ( stratum korneum ) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku ( nail rote ), bagian yang terbuka diatas dasar jar ingan lunak kulit pada jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku ( nail plate ), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm perminggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku ( nail groove ). Kulit tipis yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupi bagian kuku bebas disebut hiponikium., (Djuanda 2005 : 5 )

2.4.3        Rambut
Suatu pertumbuhan keluar kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki. Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dalam dermis dan batang rambut yang menjulur ke luar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi ; pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila, paha, serta alis mata.
( Brunner & suddart , 2007 ; 1825 )
Rambut dibentuk oleh kertin mati; sel-sel epidermis tertentu akan berdiferensiasi menjadi rambut. Bagian – bagian rambut ada beberapa yaitu akar yang merupakan bagian yang tertanam dalam folikel dan batang merupakan bagian yang beradadi atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut tersusun dari tiga lapisan yaitu; Kutikel, yaitu lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati yang bersisik. Korteks, merupakan lapisan  tengah yang terkeratinisasi, yang membentuk bagian utam abating rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragam yang menentukan warna rambut. Medulla dan aksis sentral, yang tersusun dari dua sampai tiga lapisan sel. Pertumbuhan medulla buruk bahkan sering kali tidak terjadi terutama pada rambut pirang. ( Setiadi, 2007 : 32 )
Menurut Setiadi, 2007 Manusia memiliki dua jenis rambut, yaitu :
a.       Rambut lanugo, dengan ciri pendek, tidak berpigmen, halus, dan akarnya di dalam dermis. Contohnya, rambut yang ada di pipi, rambut yang ada pada tubuh bayi ( biasanya akan hilang setelah setelah lahir )
b.      Rambut terminal, dengan ciri lebih panjang, lebih kasar, berpigmen, berkumpul di daerah tertentu, dan akarnya di dalam subkutis. Rambut ini memiliki siklus pertumbuhan yang lebih cepat, kurang lebih 1 cm per bulan misalnya rambut kepala .

2.5        PERSARAFAN KULIT
 Menurut Setiadi, 2007 Kulit dipersarafi oleh saraf sensorif dan simpatis. Serat saraf sensorifberakhir pada kulit dalam berbentuk yaitu antara lain :
a.             Ujung saraf bebas.
b.            Fleksus saraf di sekitar folikel rambut.
c.             Korpuskel meissnerian, suatu struktur kecil yang tertutup ditemukan di sekitar ujung saraf pad papila.
d.            Korpuskel paccinian, sutu struktur besar tertutup ditemukan di sebelah dalam dermis.
Serat saraf simpatis mensarafi arteriol, kelenjar keringat, dan pili arektor  otot. Ujung-ujug saraf yang bebas menerima rangsangan sakit atau nyeri terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ. ( Setiadi, 2007 : 35 )

2.6        WARNA KULIT
Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, banyak sedikitnya lemak, dan pigmen kulit disebut melanin. Tetapi secara penyebab maka perbedaan warna kulit terjadi akibat faktor senagai berikut :
a.             Melanosit, terletak pada stratum basalis yang memproduksi pigmen yang bertanggung jawab terhadap perwarnaan kulit dari coklat sampai hitam. Peningkatan produksi melanin berlangsung jika terpajan sinar maahari. Area tempat terjadinya pigmentasi yang besar adalah putting susu, areola dan area labiya mayora. Sedangkan yang sedikit mengandung pigmen adalah telapak tangan dan taelapak kaki.
b.            Darah terdapat dalam pembuluh dermal di baerah lapisan epidermis yang dapat terlihat dari permukaan dan menghasilkan perwarnaan merah muda terutama terliahat pada orang kulit putih.
Keberadaan dan jumlah pigmen kuning ( karotin ) hanya ditemukan stratum korneum dan dalam sel lemak dermis dan hipodermis yang menyebabkan beberapa perbedaan pada perwarnaan kulit. ( Setiadi, 2007 : 35 )


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing tersususn dari berbagai jenis sel dan fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan itu yaitu epidermis, dermis, dan subkutis. Lapisan epidermis terdiri dari, stratum korneum ( lapisan tanduk ), stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum/ stratum akatosum, stratum basale / germinativum. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilar ( stratum papilar ) dan bagian bawah, pars retikularis ( stratum retikularis)
Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu sama dengan yang lain. Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
Kelenjar-kelanjar kulit terdiri dari
a)            Kelenjar keringat ( glandula sudorifera ). Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin.
b)            Kelenjar palit ( glandula sebasea ).
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk ( stratum korneum ) yang menebal. Rambut Suatu pertumbuhan keluar kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki.
3.2 SARAN
            Dari makalah ini mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari kulit, lapisan kulit, fungsi kulit, adneksa kulit, warna kulit, dan persarafan kulit.

DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddart. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC


Cowrin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC


Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : EGC


Rahariyani, Lutfia Dwi. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC




http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_integumen. Jum’at, 9 Oktober 2009. 12 ; 30